Daerah

Napirman Sesalkan Aksi Anarkis di DPRD Majene: “Gedung Ini Rumah Rakyat, Bukan Tempat Dirusak”

×

Napirman Sesalkan Aksi Anarkis di DPRD Majene: “Gedung Ini Rumah Rakyat, Bukan Tempat Dirusak”

Sebarkan artikel ini

MAJENE, SULBARTODAY – Aksi demonstrasi mahasiswa di Kantor DPRD Majene, Sabtu (30/8/2025), berubah menjadi ricuh. Dari 25 anggota DPRD, hanya Ketua Komisi II, Napirman, bersama anggota Komisi II Rasid, yang berani hadir di tengah kerumunan massa untuk menerima aspirasi mahasiswa.

Kehadiran keduanya sempat meredakan ketegangan, namun situasi kembali panas ketika oknum mahasiswa melakukan pelemparan batu hingga bom molotov ke arah ruang rapat Komisi II. Akibatnya, kaca jendela pecah dan dinding luar gedung hangus terbakar.

Napirman dengan nada kecewa menyampaikan penyesalannya. “Ruang rapat ini tempat kami bermusyawarah membahas kepentingan rakyat. Tapi hari ini justru dilempari bom molotov. Untung api tidak membesar, kalau tidak, mungkin gedung ini hangus,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Ia menegaskan bahwa menyampaikan aspirasi adalah hak mahasiswa, tetapi tidak boleh disertai dengan kekerasan. “Gedung DPRD ini rumah rakyat. Merusaknya sama saja melukai rakyat sendiri,” tambah Napirman dengan wajah geram.

Selain merusak fasilitas, aksi anarkis ini juga menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat. Lokasi DPRD Majene berada di kawasan padat penduduk yang berdampingan dengan masjid dan sekolah taman kanak-kanak. Warga khawatir api dari bom molotov bisa merembet ke rumah dan tempat ibadah.

Rasid yang turut mendampingi Napirman juga mengecam keras tindakan tersebut. “Kalau aspirasi disampaikan dengan tertib, kami siap duduk bersama. Tapi kalau sudah melempar bom molotov, itu jelas perbuatan kriminal, bukan lagi perjuangan,” tegasnya.

Masyarakat sekitar yang menyaksikan kejadian itu ikut resah. Beberapa warga bahkan membantu aparat kepolisian mengejar pelaku pelemparan karena takut kejadian lebih besar akan mengancam keselamatan mereka.

Kerugian akibat peristiwa itu diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Selain kaca dan dinding yang rusak, sejumlah fasilitas rapat DPRD juga ikut terdampak.

Hingga kini, polisi masih menyelidiki dan memburu pelaku pelemparan. Sementara itu, Napirman berharap mahasiswa kembali ke jalur dialog. “Kami tidak anti kritik. Tapi jangan sampai aspirasi yang baik berubah jadi bencana karena cara yang salah,” pungkasnya.

Aksi demonstrasi mahasiswa di Kantor DPRD Majene, Sabtu (30/8/2025), berubah menjadi ricuh. Dari 25 anggota DPRD, hanya Ketua Komisi II, Napirman, bersama anggota Komisi II Rasid, yang berani hadir di tengah kerumunan massa untuk menerima aspirasi mahasiswa.

Kehadiran keduanya sempat meredakan ketegangan, namun situasi kembali panas ketika oknum mahasiswa melakukan pelemparan batu hingga bom molotov ke arah ruang rapat Komisi II. Akibatnya, kaca jendela pecah dan dinding luar gedung hangus terbakar.

Napirman dengan nada kecewa menyampaikan penyesalannya. “Ruang rapat ini tempat kami bermusyawarah membahas kepentingan rakyat. Tapi hari ini justru dilempari bom molotov. Untung api tidak membesar, kalau tidak, mungkin gedung ini hangus,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Ia menegaskan bahwa menyampaikan aspirasi adalah hak mahasiswa, tetapi tidak boleh disertai dengan kekerasan. “Gedung DPRD ini rumah rakyat. Merusaknya sama saja melukai rakyat sendiri,” tambah Napirman dengan wajah geram.

Selain merusak fasilitas, aksi anarkis ini juga menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat. Lokasi DPRD Majene berada di kawasan padat penduduk yang berdampingan dengan masjid dan sekolah taman kanak-kanak. Warga khawatir api dari bom molotov bisa merembet ke rumah dan tempat ibadah.

Rasid yang turut mendampingi Napirman juga mengecam keras tindakan tersebut. “Kalau aspirasi disampaikan dengan tertib, kami siap duduk bersama. Tapi kalau sudah melempar bom molotov, itu jelas perbuatan kriminal, bukan lagi perjuangan,” tegasnya.

Masyarakat sekitar yang menyaksikan kejadian itu ikut resah. Beberapa warga bahkan membantu aparat kepolisian mengejar pelaku pelemparan karena takut kejadian lebih besar akan mengancam keselamatan mereka.

Kerugian akibat peristiwa itu diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Selain kaca dan dinding yang rusak, sejumlah fasilitas rapat DPRD juga ikut terdampak.

Hingga kini, polisi masih menyelidiki dan memburu pelaku pelemparan. Sementara itu, Napirman berharap mahasiswa kembali ke jalur dialog. “Kami tidak anti kritik. Tapi jangan sampai aspirasi yang baik berubah jadi bencana karena cara yang salah,” pungkasnya. (*)


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *